TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin terus melakukan safari politik. Dia mengunjungi kediaman Wakil Presiden RI ke-6, Try Sutrisno, hari ini, Sabtu, 20 Mei 2023.
Dalam kunjungannya itu, Cak Imin ditemani sejumlah elit PKB Seperi Wakil Ketua Umum Jazilul Fawaid dan Muhammad Hanif Dhakiri, Sekretaris Jenderal Hasanuddin Wahid serta Ketua PKB Jawa Barat Syaiful Huda.
Try Sutrisno langsung menyambut rombongan PKB secara pribadi di halaman rumahnya. Mantan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia itu kemudian sempat berguyon kepada Cak Imin.
"Ini yang datang berapa? Kalau enam rukun iman, kalau lima Pancasila," kata Try Sutrisno sambil berguyon.
Pembicaraan antara para elit PKB dengan Try Sutrisno itu berlangsung secara tertutup. Setelah pertemuan tersebut, Try Sutrisno sampaikan beberapa permintaan dan pesan, mulai dari jangan sampai ada adu domba dalam Pemilu 2024 hingga agar Indonesia kembali ke UUD 1945. Lalu, seperti apa profil dari Try Sutrisno?
Profil Try Sutrisno, rela cicil rumah 15 tahun
Pria yang lahir di Surabaya pada 15 November 1932 ini lahir dari keluarga yang sederhana. Ayahnya merupakan sopir ambulans dan ibunya adalah ibu rumah tangga.
Dilansir Pusat Penerangan TNI, Try mengawali karir militernya ketika ia diterima menjadi taruna Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad). Setelah menempuh pendidikan di Atekad, Try berkesempatan turut dalam perang melawan Pemberontak PRRI pada 1957.
Selain itu Try turut terlibat dalam Operasi Pembebasan Irian Barat pada 1962 yang mengantarnya berkenalan dengan Soeharto. Saat itu, Soeharto ditunjuk oleh Soekarno menjadi Panglima Komando Mandala yang ditempatkan di Sulawesi.
Disarikan dari tni.mil.id, pada 1974 Try terpilih sebagai ajudan Presiden Soeharto yang membawa karier suami dari Tuti Sutiawati ini meroket. Pada 1978, Try diangkat ke posisi Kepala Komando Daerah Staf di KODAM XVI / Udayana. Setahun kemudian, ia menjadi Panglima Daerah KODAM IV / Sriwijaya. Hanya berselang empat tahun kemudian, ia diangkat ke Panglima Daerah KODAM V / Jaya dan ditempatkan di Jakarta.
Agustus 1985 pangkatnya dinaikkan lagi menjadi Letjen TNI sekaligus diangkat menjabat Wakasad mendampingi Kasad, Jenderal TNI Rudhini kala itu.
Baru sepuluh bulan menjabat sebagai Wakasad, pada Juni 1986 ia kemudian diangkat menjadi Kasad menggantikan Jenderal TNI Rudhini. Ia menduduki jabatan sebagai Kasad hanya sekitar satu setengah tahun karena pada awal 1988 ia dipromosikan menjadi Pangab menggantikan Jenderal TNI LB. Moerdani.